Sistem Dewey Decimal Classification yang Diterapkan Perpustakaan di 135 Negara 

Pernahkah mendengar istilah Dewey Decimal Classification (DDC)? Bagi masyarakat umum, istilah DDC ini tentu asing di telinga. Namun, menjadi sebaliknya bagi pustakawan (profesional yang bekerja di bidang perpustakaan). 

Jika pernah mengunjungi perpustakaan atau meminjam dan membaca buku di dalamnya. Kemungkinan akan mendapati ada secarik kertas bertuliskan kode tertentu ditempel di punggung buku tersebut. Kode inilah yang disebut DDC. Lalu, apa itu DDC? Berikut informasinya. 

Pengertian Dewey Decimal Classification

Dewey Decimal Classification (DDC) adalah panduan atau standar dalam mengelompokkan koleksi terutama buku di perpustakaan. Secara sederhana, DDC adalah sistem klasifikasi perpustakaan yang digunakan untuk mengelompokkan dan mengatur koleksi buku atau bahan pustaka berdasarkan subjeknya.

Subjek yang dimaksud disini adalah bidang keilmuan dari buku tersebut. Jadi, setiap buku masuk ke dalam kategori bidang keilmuan tertentu. Mulai dari ilmu filsafat, sastra, biologi, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

DCC merupakan sistem klasifikasi atau sistem untuk mengelompokkan buku yang ditemukan oleh Melvil Dewey pada tahun 1873. Namun, baru diperkenalkan kepada publik di tahun 1876. 

Apa Kendala Anda dalam Pengadaan Buku?

Tujuan awal sistem klasifikasi buku ini diciptakan oleh Dewey adalah untuk mengatur penataan atau penyimpanan buku berdasarkan bidang keilmuannya. Dimana sebelumnya, susunan buku didasarkan pada urutan abjad dari judul buku. 

Urutan berdasarkan abjad dinilai kurang efektif dalam membantu pemustaka (pengunjung perpustakaan) menemukan buku yang dibutuhkan. Sebab, jika diurutkan berdasarkan abjad maka saat membutuhkan buku Kimia perlu berpindah dari satu rak ke rak lain. 

Bahkan berpindah dan mondar-mandir dari satu ruang baca ke ruang baca lain karena ditempatkan berdasarkan urutan abjad. Kemudian, sistem ini diubah di dalam Dewey Decimal Classification (DDC) yang didasarkan pada subjek buku atau bidang keilmuannya. 

Sistem ini menjadi inovasi dalam tata kelola koleksi bahan pustaka, terutama buku di perpustakaan. Dimana buku filsafat akan disatukan dengan buku filsafat lain, begitu juga dengan bidang keilmuan lain dari sastra, bahasa, ilmu sosial, sejarah, dll. 

Ebook Bisnis

Sehingga saat pemustaka buku buku tentang bahasa, tidak perlu berpindah ke rak lain atau ruang lain. Sebab semua buku tentang bahasa dikumpulkan oleh pustakawan di satu rak atau satu ruang khusus.  

10 Golongan Utama DDC

Memahami bahwa Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi buku berdasarkan subjek atau topik atau bidang keilmuan. Maka tentu di dalamnya ada kode untuk membagi buku berdasarkan bidang keilmuan tersebut. 

Secara garis besar, golongan utama di dalam DCC ada 10 dan masing-masing untuk 10 bidang keilmuan. Berikut rinciannya: 

  1. 000 – Karya Umum: mencakup bahan pustaka ensiklopedi, buku-buku referensi umum, dan karya komputer.
  2. 100 – Filsafat & Psikologi: mencakup bahan pustaka tentang filsafat, psikologi, dan logika.
  3. 200 – Agama: mencakup bahan pustaka tentang agama, teologi, dan spiritualitas.
  4. 300 – Ilmu Sosial: mencakup bahan pustaka tentang sosiologi, politik, ekonomi, hukum, dan pendidikan.
  5. 400 – Bahasa: mencakup bahan pustaka tentang linguistik, bahasa, dan kamus.
  6. 500 – Ilmu Alam & Matematika: mencakup bahan pustaka tentang fisika, kimia, biologi, dan matematika.
  7. 600 – Teknologi: mencakup bahan pustaka tentang teknik, kedokteran, dan ilmu terapan.
  8. 700 – Seni: mencakup bahan pustaka tentang seni, musik, hiburan, dan olahraga.
  9. 800 – Sastra: mencakup bahan pustaka berkaitan dengan karya sastra, kritik sastra, dan drama.
  10. 900 – Sejarah & Geografi: mencakup bahan pustaka tentang sejarah dunia, biografi, dan geografi.

Kode di atas adalah golongan utama di dalam sistem DDC. Golongan utama ini kemudian terbagi lagi menjadi beberapa subgolongan. Misalnya pada golongan utama 500 yang digunakan untuk bahan pustaka dari bidang ilmu alam dan matematika, dibagi menjadi beberapa subgolongan berikut: 

  • 510 Matematika
  • 520 Astronomi
  • 530 Fisika
  • 540 Kimia
  • 550 Ilmu bumi (geologi)
  • 560 Fosil & kehidupan purba
  • 570 Biologi
  • 580 Botani (ilmu tumbuhan)
  • 590 Zoologi (ilmu hewan).

Hal serupa juga berlaku untuk golongan utama lain. Sehingga ada cukup banyak subgolongan di masing-masing golongan utama DDC tersebut. Selain itu, seiring berjalannya waktu ilmu pengetahuan terus berkembang dan golongan utama maupun subgolongan DCC akan menyesuaikan. 

Sebagai contoh, pada masa awal DCC ditemukan dan digunakan di perpustakaan (tahun 1876) belum ada ilmu komputer. Sementara di masa sekarang sudah ada ilmu komputer. Sehingga ada penambahan subgolongan di golongan utama 000 – Karya Umum. Yakni pada subgolongan 004–006, rinciannya sebagai berikut: 

  • Subgolongan 004 Data Processing, Computer Science (Pemrosesan Data, Ilmu Komputer, Teknik Informatika) 
  • Subgolongan 005 Programming (Pemrograman)
  • Subgolongan 006 Special Computer Methods (Metode Komputer Tertentu – misalnya Artificial Intelligence). 

Ditemukannya DDC membantu proses tata kelola bahan pustaka di suatu perpustakaan. Bahkan sudah menjadi standar dalam pengaturan tempat bahan pustaka di ratusan negara di dunia. Sampai sekarang, sistem DDC masih digunakan. 

Fungsi dari DDC 

Pada masa awal ditemukan dan diterapkan di lingkungan perpustakaan, Dewey Decimal Classification (DDC) disusun secara manual. Namun, di masa sekarang sudah menggunakan aplikasi atau software khusus di perangkat komputer. 

DDC kemudian sudah diterapkan di sekitar 135 negara di dunia, termasuk juga di Indonesia. Adapun fungsi dari sistem klasifikasi buku ini antara lain: 

1. Membantu Pengelompokan Bahan Pustaka 

    Fungsi yang pertama dari sistem DDC tentu saja membantu dalam pengelompokan bahan pustaka. Yakni berdasarkan subjek atau topik atau bidang keilmuan dari berbagai jenis bahan pustaka. Termasuk juga buku. 

    Seperti penjelasan sebelumnya, ketika DDC belum ditemukan, pengelompokan bahan pustaka di perpustakaan berbasis urutan abjad. Sehingga judul buku dari huruf A akan dikelompokan dengan buku lain dengan judul dari huruf A. Begitu seterusnya sampai abjad terakhir, yakni Z. 

    Pengelompokan buku dan bahan pustaka lain berdasarkan urutan abjad akan menyulitkan pemustaka dan pustakawan ketika mencari buku yang akan dibaca. DDC membantu mengatasi masalah tersebut, karena bahan pustaka dikelompokan berdasarkan subjek. Satu rak akan diisi buku sastra, rak lain buku sejarah, dst. 

    2. Memudahkan dalam Mencari Bahan Pustaka 

      Fungsi kedua dari Dewey Decimal Classification (DDC) adalah memudahkan proses pencarian kembali bahan pustaka. Klasifikasi berdasarkan subjek membantu mengelompokan penempatan bahan pustaka dengan lebih teratur. 

      Sebab tidak ada campuran buku sastra dengan sejarah maupun dengan subjek keilmuan lainnya. Hal ini akan memusingkan pustakawan maupun pemustaka ketika hendak mencari suatu buku. 

      Terutama jika mencari beberapa buku di satu subjek yang sama. Jika terpaut jarak cukup jauh dari abjad, maka perlu berpindah ke rak yang juga berjauhan. DDC meminimalkan resiko tersebut, karena buku dikelompokan dalam satu subjek. Jika butuh 10 buku sekalipun, pemustaka cukup diam di satu rak saja. 

      3. Menjadi Standar Umum dalam Penempatan Bahan Pustaka di Perpustakaan 

        Fungsi ketiga dari keberadaan Dewey Decimal Classification (DDC) adalah menjadi standar umum di lingkungan perpustakaan. Dulunya, sebelum DDC diciptakan dan diperkenalkan ke publik. Sistem pengelompokan bahan pustaka antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lain berbeda. 

        Hal ini tentu menyulitkan pustakawan ketika harus pindah ke perpustakaan lain dalam bekerja. Sebab perlu belajar lagi dari awal tentang sistem pengelompokan bahan pustaka yang digunakan. Begitu juga dengan pemustaka yang perlu beradaptasi dalam mencari bahan pustaka saat pindah ke perpustakaan lain. 

        DDC yang sederhana dan fleksibel, serta memudahkan pengelompokan dan pencarian kembali bahan pustaka. Kemudian mulai diterapkan lebih banyak perpustakaan. Hingga ke berbagai negara sampai sekarang yang kemudian menjadi standar umum. 

        4. DCC Mengakomodasi Perkembangan Ilmu Pengetahuan 

          Sesuai penjelasan sebelumnya, golongan utama di dalam Dewey Decimal Classification (DDC) berbentuk angka. Angka ini diawali dari angka 0 yang membuatnya seperti bentuk desimal. Karakter angka ini membuatnya fleksibel untuk ditambahkan. 

          DDC kemudian menjadi fleksibel dan bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Jika ada ilmu baru atau subjek baru, maka DDC bisa ditambahkan kode pada subgolongan. 

          Sehingga tidak sulit untuk menentukan pengelompokan bahan pustaka dari ilmu pengetahuan baru. Lewat kelebihan ini, maka fungsi dari DDC salah satunya adalah mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan tanpa merepotkan proses pengelompokannya ke bahan pustaka yang sudah ada. 

          5. Memudahkan Pekerjaan Pustakawan 

            Fungsi berikutnya dari Dewey Decimal Classification (DDC) adalah memberi kemudahan dalam pekerjaan para pustakawan. Pertama, DDC membantu mengelompokan bahan pustaka berdasarkan subjek atau bidang keilmuan. 

            Sehingga memudahkan penentuan raknya dan juga menyatukannya dengan bahan pustaka di satu subjek. Kedua, karena dikelompokan berdasarkan subjek maka memudahkan pustakawan dalam mencari ulang bahan pustaka ketika dibutuhkan. 

            Ketiga, DDC menggunakan penomoran untuk golongan utama sampai subgolongan. Sehingga mudah untuk dicari lewat komputer maupun secara manual. Sebab tidak perlu mengingat terlalu banyak huruf, dan angka-angka golongan utama juga hanya terdiri dari 3 digit saja. 

            Lewat kelebihan-kelebihan ini, DDC tidak hanya membantu pustakawan dalam mengelola bahan pustaka dan penempatannya di perpustakaan. Namun juga membantu pustakawan memaksimalkan layanan ke pemustaka. Misalnya bisa dengan cepat menemukan buku yang dicari pemustaka. 

            Manfaat Sistem DDC bagi Para Pemustaka 

            Tak hanya memberi keuntungan atau manfaat bagi pustakawan. Sistem Dewey Decimal Classification (DDC) juga memberi sejumlah manfaat bagi para pemustaka. Diantaranya adalah: 

            1. Memudahkan dalam Mencari Buku yang Ingin Dibaca 

                Manfaat yang pertama bagi pemustaka adalah memberi kemudahan lebih dalam mencari buku yang diinginkan atau dibutuhkan. Jika tidak memakai sistem DDC, maka buku akan dikumpulkan berdasarkan abjad. 

                Hal ini membuat pemustaka butuh sumber daya lebih untuk menemukan buku yang tepat. Sebab perlu mencari di beberapa rak sekaligus. Meskipun sudah ada OPAC, tentunya perlu berpindah dari satu rak ke rak lain yang jaraknya bisa terlalu jauh. 

                DDC membantu mengelompokan buku dan bahan pustaka lain berdasarkan subjek. Sehingga memudahkan pemustaka menemukan buku yang sesuai dengan lebih cepat. Tidak perlu mengeluarkan banyak sumber daya, mencakup waktu dan tenaga. 

                2. Mempercepat Proses Pencarian Buku yang Sesuai 

                  Berapa waktu yang dibutuhkan pemustaka dalam menemukan buku yang sesuai? Tentu jawabannya beragam, ada yang bisa cepat dan ada juga yang sebaliknya. Kecepatan ini bisa maksimal dengan Dewey Decimal Classification (DDC) yang diterapkan perpustakaan. 

                  Melalui sistem ini, buku disatukan berdasarkan subjek. Ketika pemustaka ingin mencari buku sastra yang sesuai. Maka tinggal menuju ke rak atau ruang baca dimana buku sastra berada. 

                  Dalam hitungan menit, buku yang dibutuhkan sudah ada di depan mata. Sehingga bisa langsung dibaca atau dipinjam untuk dibaca di rumah dan tempat lain. Jika tidak ada sistem DDC, maka pemustaka akan membutuhkan waktu lebih sampai menemukan buku yang sesuai. 

                  Sebab ada beberapa rak perlu diperiksa, ada beberapa ruang baca perlu dijelajahi satu per satu. Sehingga sistem klasifikasi buku selain DDC tidak memberi efisiensi waktu kepada pemustaka.  

                  3. Pemustaka Tidak Lagi Terlalu Bergantung pada Pustakawan 

                    Manfaat berikutnya yang dirasakan pemustaka dengan penerapan sistem Dewey Decimal Classification (DDC) adalah meminimalkan ketergantungan pada pustakawan. Sebenarnya memang tidak salah, karena sudah menjadi bagian dari tugas pustakawan. 

                    Hanya saja, akan ada beberapa momen dimana pemustaka butuh segera dibantu untuk menemukan buku yang diinginkan. Namun, terbentur dengan pemustaka yang cukup banyak dan pustakawan menjadi sangat sibuk. 

                    Hal sebaliknya akan terjadi ketika DDC diterapkan perpustakaan tersebut. Jika sudah dibangun OPAC (Online Public Access Catalog). Maka pemustaka bisa mengakses OPAC tersebut secara mandiri dan menemukan lokasi dimana buku yang dibutuhkan berada. 

                    Sistem DDC pada akhirnya membantu pemustaka untuk lebih mandiri dan bisa segera menemukan buku yang dibutuhkan. Sekaligus meringankan pekerjaan dari pustakawan, karena ada lebih banyak pemustaka yang mencari bahan pustaka secara mandiri. 

                    4. Membantu Menemukan Buku Tambahan 

                      Sistem Dewey Decimal Classification (DDC) juga bermanfaat bagi pemustaka dalam memperluas bahan bacaan. Hal ini dapat terjadi, karena berada di satu rak atau satu ruang baca yang khusus menyediakan bahan bacaan satu subjek. 

                      Jika buku yang dituju sudah ditemukan, tidak menutup kemungkinan pemustaka melihat buku lain yang masih membahas topik yang sama. Sehingga ada ketertarikan dan kebutuhan untuk membaca buku tersebut juga. 

                      Hal ini tentu menguntungkan, sebab pemustaka bisa mengakses lebih banyak buku yang relevan dengan kebutuhan. Sehingga tidak hanya mendapat informasi dari satu buku, akan tetapi lebih banyak lagi. 

                      5. Memudahkan dalam Penggunaan Katalog Online (OPAC)

                        Manfaat selanjutnya dari penerapan sistem Dewey Decimal Classification (DDC) di perpustakaan bagi pemustaka adalah memudahkan penggunaan OPAC. Secara sederhana, OPAC adalah suatu aplikasi yang membantu pemustaka mencari bahan bacaan di perpustakaan. 

                        Biasanya, OPAC dibuat online sehingga diterapkan di website perpustakan. Kemudian bisa diakses pemustaka kapan saja dan dimana saja. Sekaligus disediakan komputer di perpustakaan untuk pemustaka menggunakan OPAC langsung di lokasi. 

                        OPAC dengan sistem DDC membantu pemustaka menemukan buku dan bahan bacaan lain dengan lebih mudah. Sebab cukup mengetik satu kata dari judul atau nama penulis dan identitas buku lain. Maka sistem akan merekomendasikan hasil. Jadi, tidak harus mengetik judul buku secara lengkap. 

                        6. Membantu Menambah Ilmu dan Wawasan 

                          Manfaat selanjutnya, sistem Dewey Decimal Classification (DDC) bisa membantu pemustaka dalam menambah ilmu dan wawasan. Hal ini bisa terjadi karena DDC memudahkan pemustaka menemukan lebih banyak bahan bacaan untuk diakses. 

                          Sebab dalam satu lokasi atau satu rak, bisa menemukan lebih banyak buku untuk dibaca. Sehingga sistem ini mendukung pemustaka untuk mengakses lebih banyak informasi. Kemudian menjadikan pengetahuan dan wawasannya lebih luas lagi. 

                          7. Meningkatkan Pengalaman saat Berkunjung ke Perpustakaan 

                            Manfaat lainnya, sistem Dewey Decimal Classification (DDC) bisa meningkatkan pengalaman saat berkunjung ke perpustakaan. Sehingga mendorong keinginan untuk berkunjung lagi dan meminjam buku maupun bahan pustaka lain. Semakin sering berkunjung, semakin tinggi minat baca yang dimiliki. 

                            sumber: 

                            1. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bogor. (n.d). Mengenal Dewey Decimal Classification Sistem. Diakses pada 19 September 2025 dari https://diarpus.kotabogor.go.id/berita/kategori/umum/mengenal-dewey-decimal-classification-sistem
                            2. Perpustakaan Universitas Hafshawaty. (n.d). Bagan Klassifikasi DDC. Diakses pada 19 September 2025 dari https://library.unhasa.ac.id/bagan-klassifikasi-ddc/ 
                            3. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. (n.d). Penelusuran Koleksi Perpustakaan Melalui Nomor DDC. Diakses pada 19 September 2025 dari https://disperpusip.jatimprov.go.id/2024/09/30/penelusuran-koleksi-perpustakaan-melalui-nomor-ddc/ 
                            4. Reni. (2022). 000 – 009 Ilmu Umum dan Komputer. Diakses pada 19 September 2025 dari https://ddc-reni.blogspot.com/2012/04/000-009-ilmu-umum-dan-komputer.html 

                            Muhammad Luqman

                            Berpengalaman lebih dari 3 tahun di bidang arsip dan perpustakaan. Berfokus pada pengelolaan dokumen, digitalisasi arsip, serta pengembangan sistem informasi perpustakaan.

                            Bagikan Artikel Ini
                            Artikel Terbaru

                            INGIN PENGADAAN BUKU UNTUK PERPUSTAKAAN DAN INSTANSI ANDA?

                            Mari pengadaan Buku dengan Penerbit Deepublish dan akan ada Promo khusus untuk Anda yang pengadaan hari ini.