Pernahkah Anda mendengar bahwa membaca buku menjadi manfaat bagi gangguan kecemasan? Perlu diketahui, membaca buku tak hanya membuat manusia bertambah wawasan, akan tetapi juga mampu digunakan sebagai terapi untuk mengatasi berbagai masalah psikologis, termasuk gangguan kecemasan, depresi, dan juga masalah ketergantungan obat. Istilah di atas juga biasa disebut sebagai biblioterapi.
Biblioterapi ini merupakan sebuah terapi yang mana dilakukan dengan memanfaatkan berbagai bahan bacaan yang bisa menambah kualitas hidup seseorang. Selain itu, apa pengertian sesungguhnya dari bibliografi itu?
Untuk mengetahui apa itu bibliografi, simak penjelasan lengkap di bawah ini.
Daftar Isi
Pengertian Bliblioterapi
Apa itu bliblioterapi? Bibliografi adalah terapi psikologis yang dilakukan dengan membaca buku. Biblioterapi ini melibatkan tiga unsur, yang pertama adalah klien, terapis, dan buku apa yang digunakan. Awalnya, tindakan biblioterapi ini dilakukan oleh seorang terapis dan klien yang bekerja sama mencari masalah yang akan diatasi.
Setelah itu, terapis akan memberikan ‘resep’ berupa buku yang perlu dibaca oleh kliennya. Tujuan diberikannya ‘resep’ buku itu adalah untuk membantu klien dalam memahami masalah yang dihadapinya. Sehingga kegiatan atau tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi terapi lain yang diberikan oleh terapi.
Selain itu, biblioterapi ini juga bermanfaat untuk membantu mengarahkan klien menuju perubahan yang lebih positif. Singkatnya, biblioterapi ini merupakan proses membaca yang membantu proses penyembuhan dan sebagai salah satu strategi untuk mencapai tujuan dari sebuah terapi.
Yang membedakan metode biblioterapi dengan metode lain misalnya terapi perilaku kognitif adalah pendekatannya yang bersifat terapeutik. Artinya, biblioterapi ini merupakan tambahan dari seluruh proses penanganan klien. Sehingga wajar bila biblioterapi bisa digunakan oleh orang dengan berbagai lapisan usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga usia lanjut.
Bahkan, biblioterapi ini juga bisa digunakan pada sebuah kelompok, yang mana terapi ini memberikan ruang bagi partisipan untuk saling memberi dan juga menerima masukan. Ada berbagai tema diskusi, akan tetapi biasanya di dalamnya diambil interpretasi dari literatur serta bagaimana bacaan tersebut berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Dilakukannya biblioterapi ini adalah untuk memperbaiki komunikasi dan juga membangun percakapan lebih dalam, sehingga terjadilah koneksi antara setiap partisipan.
Tujuan Biblioterapi
Sama halnya seperti terapi jenis lainnya, biblioterapi ini tentu dilakukan karena ada tujuannya. Pada dasarnya, terapis akan memberikan waktu pada klien untuk membaca sebuah literatur di luar waktu konseling yang mana akan menumbuhkan rasa empati, mengenali diri sendiri, dan mampu membangun sudut pandang yang lain.
Selain itu, berikut adalah beberapa tujuan dari biblioterapi.
1. Mengenali Masalah
Tujuan dilakukannya biblioterapi yang pertama adalah agar klien mampu mengenali masalah apa yang sedang dihadapi. Seringkali klien yang kalut tidak mudah mengenali apa yang sudah dirasakan dan semua seperti benang kusut. Dengan biblioterapi dengan cara membaca buku ini, akan memberi sudut pandang baru terhadap masalah pribadi yang dihadapi.
Selain itu, membaca literatur juga dapat menemukan cara untuk menyelesaikan masalah, mengenal apa yang dirasakan, dan juga memahami dirinya sendiri.
2. Terapis Bisa Mengenal Klien
Tujuan selanjutnya adalah ketika terapis bertemu dengan klien yang baru pertama kali bertemu, ia bisa mengenali bagaimana karakter kliennya. Hal ini karena pada pertemuan pertama belum tentu terapis atau konselor langsung bisa memahami masalah yang dihadapi kliennya.
Oleh sebab itu, disediakan lah bacaan dengan tujuan memperdalam pemahaman satu sama lain sehingga jadi titik awal menerapkan metode penanganan yang tepat.
3. Melihat Cara Orang Lain
Tujuan terakhir dari biblioterapi adalah memberi gambaran bagaimana orang lain dapat menyelesaikan masalah serupa yang dihadapi. Hal ini karena pada karakter dalam buku bacaan biasanya akan memperlihatkan situasi yang serupa dengan yang dihadapi klien, sehingga klien mampu melihat sudut pandang lain di karakter tersebut.
Setelah itu akan mulai terbangun koneksi secara emosi, baru ia dapat mengetahui bagaimana cara orang lain dapat menyelesaikan sebuah masalah dan memberikan perasaan bahwa bukan hanya diri sendiri yang menghadapi kesulitan.
Tahapan Biblioterapi
Ada beberapa tahapan atau fase dari biblioterapi. Berikut adalah lima tahapan yang dilalui saat terapi bibliografi.
1. Fokus Pada Klien
Tahapan pertama, terapis perlu memahami klien. Terapis lebih dahulu harus mengenali apakah klien suka membaca dan sampai mana keterbacaannya. Dalam proses ini, diperlukan membangun hubungan antara terapis dan juga kliennya.
2. Katarsis
Tahapan katarsis ini dibangun ketika sudah terjalin komunikasi yang baik dengan klien, sehingga klien akan mudah mengeluarkan emosi positif dan negatifnya. Dia bisa tertawa, sedih, menangis, dan bahkan mulai menceritakan mengenai masalah apa yang sedang dihadapi.
3. Afeksi
Tahap ini adalah tahap di mana terapis mengidentifikasi klien yang mana ia akan mengetahui masalah yang diceritakan klien karena kurang pengetahuan atau tentang perasaan. Klien yang berada di tahap ini kemudian akan diberikan buku fiksi sebagai bahan terapi.
4. Kognitif
Tahapan ini adalah tahap di mana klien akan diberikan buku fiksi sebagai bahan terapi. Terapis bisa menyesuaikan buku mana yang sesuai. Misalkan jika klien memiliki masalah ekonomi, maka akan disajikan buku dengan materi mengenai pembahasan ekonomi.
5. Perubahan Perilaku
Terakhir, klien dalam kondisi tertentu disarankan membaca buku sesuai dengan rujukan yang diberikan oleh terapis.
Contoh Biblioterapi
Agar lebih mengetahui bagaimana contoh biblioterapi, di bawah ini ada contoh penerapan biblioterapi.
Misalnya seseorang yang sedang mengalami masalah keluarga dan mengalami berbagai hambatan, mulai dari gangguan makan, gangguan tidur, depresi, dan lain sebagainya melakukan biblioterapi. Ia datang ke seorang terapis dan disarankan membaca buku yang sudah diresepkan setelah beberapa kali bertemu dengan terapis tersebut.
Buku fiksi yang diberikan oleh terapis berisi mengenai tema keluarga dan klien disarankan membaca buku tersebut. Di pertemuan selanjutnya, klien akan diberikan beberapa pertanyaan mengenai buku yang telah dibacanya dan dari situ terapis dapat menyimpulkan permasalahan dan memberikan pengobatan untuk kliennya.
Baca juga artikel terkait dengan biblioterapi ini